Sumenep, Jawa Timur – Di ruang kelas yang penuh semangat belajar, SDN Pangarangan 3 kembali menyuguhkan salah satu inovasi pendidikan yang tak hanya mengasah akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur. Simulasi adab murid kepada guru, sebuah kegiatan yang dipandu oleh guru kelas 1, Bu Indah, menjadi pengalaman berharga bagi siswa sekaligus hiburan ringan yang menghangatkan hati.
Kegiatan ini dirancang sederhana namun sarat makna. Ketika guru memasuki kelas, siswa diajarkan menyambut dengan ucapan salam penuh hormat: “Assalamu alaikum.” Seluruh murid serentak berdiri, melipat tangan di depan dada, lalu melanjutkan dengan sungkem (salim) sebagai wujud penghormatan. Namun, simulasi kali ini menghadirkan kejutan manis yang tak terduga.
Sungkem |
Peran yang Ditukar: Guru Kecil dengan Suara Besar
Pada sesi simulasi ini, salah satu murid, seorang siswi bernama Kayla, ditunjuk untuk memerankan peran sebagai "guru" yang masuk kelas. Dengan penuh percaya diri, Kayla melangkah ke depan pintu, mengatur posisi bahu seperti Bu Indah, dan mengetuk pintu dengan gaya yang dibuat serius.
“Assalamu alaikum,” sapanya dengan suara lantang.
Sontak, seluruh murid berdiri, melafalkan salam dengan kompak, wajah-wajah mereka memancarkan penghormatan. Saat momen sungkem berlangsung, Kayla tampak menikmati perannya, bahkan mencoba meniru nada suara Bu Indah. Namun, yang membuat semua orang tertawa adalah perintahnya setelah seluruh murid berdiri.
Dengan tangan berkacak pinggang dan suara tegas, ia berkata: “Ya duduk!”
Gaya dramatis dan intonasi yang terdengar seperti seorang pemimpin membuat seisi kelas, termasuk Bu Indah, tidak dapat menahan tawa. Meskipun suasana menjadi cair, momen ini justru memperlihatkan betapa anak-anak begitu bersemangat dan terlibat dalam simulasi ini.
Ini dia videonya:
Menanamkan Nilai Hormat Sejak Dini
Simulasi ini bukan sekadar aktivitas biasa. Dalam penuturannya, Bu Indah menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa sejak dini. “Kami ingin mereka paham bahwa hormat kepada guru itu penting, dan ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi bagian dari karakter yang harus mereka bawa sepanjang hidup,” ujarnya.
Lebih dari itu, simulasi ini juga menjadi cara efektif untuk membangun kedekatan antara siswa dan guru. Proses belajar tak lagi sekadar transfer ilmu, tetapi juga menjadi ruang pembentukan karakter dengan cara yang menyenangkan.
Tawa yang Menghidupkan Kelas
Meskipun nilai utama simulasi ini adalah penghormatan, kejadian seperti perintah “ya duduk!” dari Lala menunjukkan sisi lain dari kegiatan ini: bahwa belajar bisa menjadi sesuatu yang penuh kegembiraan. Anak-anak, dengan kejujuran dan kepolosan mereka, sering kali membawa suasana ceria yang membangkitkan energi seluruh kelas.
Kejadian ini meninggalkan kesan mendalam. Seorang siswa mengungkapkan pendapatnya dengan antusias, “Keren, Bu Kayla kayak guru beneran! Tapi lucu juga pas ngomongnya kayak marah-marah.”
Menciptakan Generasi Berkarakter
SDN Pangarangan 3 dikenal sebagai sekolah yang konsisten menghadirkan inovasi pendidikan berbasis karakter. Simulasi adab ini hanyalah salah satu dari sekian banyak program unggulan yang mengintegrasikan nilai-nilai moral ke dalam pembelajaran sehari-hari.
Dengan momen-momen kecil seperti ini, terlihat jelas bahwa pendidikan tidak hanya soal angka di atas kertas. Lebih dari itu, ini tentang membentuk anak-anak menjadi manusia yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Dan mungkin, dengan gaya polos Kayla, mereka belajar bahwa menjadi pemimpin itu tidak selalu harus serius, tetapi juga harus tulus.
Ketika ditanya apa yang dirasakan setelah memerankan guru, Kayla menjawab sambil tertawa kecil, “Aku seneng, tapi kayak serem juga! Temen-temen pada nurut semua, terus aku bingung mau ngomong apa!”
Kejadian ini menutup simulasi dengan penuh senyum, menjadi pengingat bahwa pendidikan terbaik adalah yang menyentuh hati, melibatkan emosi, dan membangun kenangan indah.
0 Komentar