Sumenep, 23 November 2024 — Denting gamelan yang harmonis menggema di Pendopo Keraton Sumenep, menyuguhkan perpaduan sempurna antara tradisi dan seni dalam sebuah pertunjukan spektakuler dari grup Karawitan Karembangan SDN Pangarangan 3. Dibimbing oleh Bapak Hairullah dan pelatih karawitan Bapak Rifa’i, para siswa berbakat ini memukau hadirin dengan penampilan yang memadukan nilai-nilai luhur budaya dengan dedikasi luar biasa.
Para penabuh gamelan yang tampil hari ini adalah para siswa terpilih: Dzaky, Ahmad Ghozi, Kenzi, Azka, Aulia, Karin, Belva, Ibad, Rara, Naila, Clarisa, Syifa, Zahida, dan Adeeva. Setiap nama di balik alat musik tradisional tersebut memiliki peran vital dalam menciptakan harmoni yang memikat. Kenzi dan Dzaky menjadi pemukul gong, memberikan kekuatan nada dasar yang membuka dan menutup setiap tembang dengan khidmat. Belva dan Karin bertugas memetik pekeng dengan ritme yang terjaga, sementara Bapak Rifa’i sendiri mengambil alih kendali pada gendang, memandu irama keseluruhan dengan piawai.
Karawitan Karembangan |
Membawa 12 Tembang Klasik
Penampilan ini menyajikan 12 tembang klasik yang kaya makna dan sejarah, termasuk Widotomo, Pariwisata, Sandit Rang-Rang, Gunjing Miring, Miskalan, Puspowarno, Lamongan, Gempo Giro, Peddat, Lekser Talam, Sampa' Lemak, dan Brontosewu. Setiap tembang menggambarkan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat Madura, menyampaikan pesan yang sarat dengan filosofi kehidupan melalui alunan melodi dan ritme yang menghipnotis.
“Saat Puspowarno dimainkan, saya merinding mendengar cara anak-anak ini menyelaraskan gamelan dengan vokal,” ungkap salah satu penonton,yang tampak terharu. “Mereka tidak hanya memainkan alat musik; mereka benar-benar menjiwainya.”
Pelestarian Budaya melalui Generasi Muda
Acara ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga upaya penting dalam melestarikan budaya lokal di tengah derasnya arus modernisasi. Bapak Hairullah, pembina karawitan, menjelaskan bahwa misi mereka adalah menjadikan seni karawitan sebagai sarana pendidikan karakter dan kebanggaan budaya.
“Kami ingin anak-anak memahami bahwa seni tradisional ini adalah identitas mereka. Dengan mempelajarinya, mereka tidak hanya belajar musik, tetapi juga nilai-nilai kesabaran, kerja sama, dan tanggung jawab,” ujar beliau dengan penuh semangat.
Bapak Rifa’i menambahkan bahwa proses latihan memakan waktu berbulan-bulan untuk mencapai tingkat harmonisasi yang ditampilkan hari ini. “Mereka bekerja keras. Masing-masing memiliki kontribusi besar, dan mereka menunjukkan bagaimana sebuah tim bekerja dengan satu tujuan,” jelasnya.
Pendopo Keraton Sumenep: Sakral dan Bersejarah
Pendopo Keraton Sumenep, tempat pertunjukan berlangsung, menambah kemegahan acara. Di bawah langit-langit ukiran tradisional dan lampu gantung yang megah, suara gamelan bergema indah, menciptakan suasana magis yang membawa penonton serasa kembali ke masa keemasan seni budaya Madura.
Apresiasi dan Harapan untuk Masa Depan
Penampilan ini mendapat apresiasi tinggi dari tamu undangan, termasuk para tokoh budaya dan pemerintah setempat. Mereka berharap Karawitan Karembangan SDN Pangarangan 3 dapat terus berkiprah di panggung seni budaya, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional.
“Anak-anak ini adalah masa depan budaya kita. Mereka telah menunjukkan bahwa warisan leluhur kita tetap hidup dan relevan,” ujar Bapak Hairullah.
Pertunjukan diakhiri dengan tembang Brontosewu, yang mendapat tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin. Keberhasilan ini bukan hanya milik SDN Pangarangan 3, tetapi juga kebanggaan masyarakat Sumenep yang terus mendukung pelestarian seni tradisional.
Dengan bakat dan semangat yang ditunjukkan hari ini, Karawitan Karembangan SDN Pangarangan 3 telah membuktikan bahwa seni tradisional bukan hanya warisan, tetapi juga kekuatan yang mampu menyatukan generasi muda dengan akar budaya mereka.
0 Komentar