Sumenep, 30 Oktober 2024 – Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi pembelajaran, SDN Pangarangan 3 menggelar workshop bertajuk Strategi Inovatif dalam Pembelajaran: Project-Based Learning (PjBL) dan Pembelajaran Berdeferensiasi. Workshop ini diinisiasi oleh Komunitas Belajar (Kombel) “Kembang Songenep” dengan menghadirkan Ach. Holili Sutejo sebagai pemateri utama. Ach. Holili, seorang pendidik yang berpengalaman dalam inovasi pendidikan, memberikan pemahaman mendalam tentang pembelajaran berdeferensiasi dalam kegiatan yang diikuti oleh dua puluh guru dari berbagai mata pelajaran di SDN Pangarangan 3.
Dalam sambutannya, Ketua Komunitas Kombel “Kembang Songenep”, Moh. Zaini, mengungkapkan bahwa pelaksanaan workshop ini merupakan wujud nyata dari komitmen sekolah dalam mengembangkan metode pembelajaran yang adaptif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. “Melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa, kita ingin memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menantang bagi setiap anak, dengan tetap menghargai perbedaan individu,” ujar Zaini penuh semangat.
Sulis Setiyawati, selaku Sekretaris Komunitas, juga menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya melibatkan para guru sebagai peserta, tetapi juga menggerakkan semangat kolaborasi antarpendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. “Dengan pembelajaran yang berdeferensiasi, guru diajak memahami bahwa setiap siswa memiliki keunikan, kemampuan, dan gaya belajar yang berbeda,” jelas Sulis.
Paparan Ach Holili Sutejo |
Memahami Konsep Pembelajaran Berdeferensiasi
Pembelajaran berdeferensiasi, yang menjadi submateri inti dalam workshop ini, adalah sebuah pendekatan yang memandang perbedaan individu di antara siswa sebagai kekuatan yang perlu didukung. Ach. Holili menjelaskan bahwa pendekatan ini mengajak guru untuk menyesuaikan pengajaran berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar setiap siswa, sehingga memungkinkan mereka berkembang dengan cara yang paling sesuai dengan kemampuan mereka.
“Pendekatan ini memerlukan perencanaan yang matang dan pemahaman mendalam terhadap profil siswa. Guru dituntut untuk menjadi lebih fleksibel dalam memilih metode pengajaran, serta menyediakan berbagai materi dan cara penyampaian agar setiap siswa bisa menerima materi dengan cara yang paling sesuai bagi mereka,” ujar Ach. Holili dalam pemaparannya.
Ia juga menekankan bahwa pembelajaran berdeferensiasi bukan berarti setiap siswa diberikan pelajaran yang berbeda, tetapi bagaimana guru mengadaptasi materi agar sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Ini bisa dilakukan dengan mengubah tingkat kesulitan tugas atau menyediakan berbagai opsi tugas yang menarik bagi siswa.
Ketua Kombel Membuka Workshop, Moh. Zaini |
PjBL sebagai Pendamping Pembelajaran Berdeferensiasi
Tidak hanya membahas pembelajaran berdeferensiasi, workshop ini juga menyentuh tentang Project-Based Learning (PjBL), atau pembelajaran berbasis proyek, yang dinilai sangat mendukung keberhasilan pembelajaran berdeferensiasi. Hairullah, Koordinator Penggerak Komunitas, menuturkan bahwa PjBL memberikan ruang bagi siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar dengan membuat proyek yang relevan dengan kehidupan mereka.
“PjBL dan pembelajaran berdeferensiasi ini ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Ketika siswa diajak untuk mengerjakan proyek sesuai minat dan kemampuannya, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini juga melatih siswa dalam keterampilan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kemampuan bekerja dalam tim,” ungkap Hairullah dengan penuh antusias.
Partisipasi Guru dalam Workshop: Membangun Kolaborasi dan Kreativitas
Selama workshop berlangsung, dua puluh orang guru dari berbagai latar belakang mata pelajaran terlibat aktif dalam sesi diskusi dan simulasi. Ach. Holili memberikan beberapa contoh konkret bagaimana guru bisa mengaplikasikan pembelajaran berdeferensiasi di kelas mereka, termasuk dengan memanfaatkan teknologi sederhana yang mendukung diferensiasi dalam proses belajar-mengajar.
Para guru pun menyambut baik materi yang disampaikan, terutama dalam hal strategi mengidentifikasi karakteristik belajar siswa secara cepat dan akurat. Menurut mereka, pendekatan ini membuka wawasan baru dan memberi tantangan untuk keluar dari zona nyaman.
“Dengan mengenal pendekatan berdeferensiasi, kami jadi lebih memahami bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan materi pada siswa yang memiliki latar belakang berbeda. Ini adalah pengalaman belajar yang sangat inspiratif bagi kami,” ungkap seorang peserta workshop.
Harapan Ke Depan untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Di akhir kegiatan, Moh. Zaini mengungkapkan harapannya agar para guru yang telah mengikuti workshop ini dapat mengimplementasikan strategi pembelajaran berdeferensiasi dan PjBL dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Ia juga berharap Kombel “Kembang Songenep” terus aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan mutu pendidikan.
“Guru memiliki peran besar dalam membentuk karakter siswa, dan pembelajaran berdeferensiasi adalah langkah konkret untuk menciptakan suasana belajar yang inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan mampu mencapai potensi terbaiknya,” tutur Zaini dengan penuh harap.
Melalui kegiatan ini, SDN Pangarangan 3 menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor dalam implementasi pembelajaran inovatif yang mendukung setiap potensi anak. Kombel “Kembang Songenep” telah berhasil menunjukkan bahwa kolaborasi dan dedikasi dalam pendidikan adalah kunci untuk menghadirkan perubahan positif yang bermakna bagi para siswa, guru, dan masyarakat sekitar.
0 Komentar