Sumenep, 19 Oktober 2024 – Pagi itu, aula SDN Pangarangan 3 dipenuhi semangat yang meluap-luap. Sebuah acara spesial, Bedah Karya Penulis Cilik Sumenep (PCS), digelar dari pukul 08.00 hingga 10.00 WIB. Dalam suasana hangat dan penuh antusiasme, 23 dari 24 anggota PCS berkumpul, menyisakan satu anggota yang izin tidak hadir. Para penulis cilik yang berusia belia ini tak hanya menunjukkan karya mereka, tapi juga berbagi tentang proses kreatif di balik cerita-cerita mereka yang unik dan penuh imajinasi.
Ulasan Karya oleh Bu Wulan |
Imajinasi Liar dan Cerita Tak Terduga
Acara dibuka dengan doa dilanjutkan dengan Ice Breraking oleh Bu Wulan. Kemudian pembina PCS, mengapresiasi karya-karya kreatif yang lahir dari tangan-tangan kecil para penulis cilik. “Kreativitas mereka benar-benar melampaui ekspektasi. Tidak hanya unik, tapi juga berani menyentuh ide-ide yang tak terpikirkan oleh kita yang dewasa,” ujarnya.
Setiap karya yang dibedah dalam acara ini memiliki daya tarik tersendiri. Mulai dari Evelyn dengan karyanya yang berjudul "Seorang Anak yang Mengembangkan Talentanya", yang mengisahkan tentang seorang anak yang menemukan potensi terpendam dalam dirinya. Lalu ada Feliz dengan cerita petualangan penuh keberanian di "Anak-anak Pemberani", hingga cerita fantasi yang tidak biasa seperti "Doc. Staberry Boneka Baik" karya Khodijah, yang menampilkan boneka hidup dengan sifat-sifat magis yang menarik.
Khodijah bercerita, “Saya suka dengan boneka-boneka, jadi saya ingin buat cerita tentang boneka yang punya kehidupan sendiri. Saya membayangkan, bagaimana kalau boneka itu baik dan bisa membantu orang?” Karya ini menantang nalar dengan konsep bahwa boneka bukan hanya mainan, tetapi bisa menjadi sosok yang hidup.
Tak hanya Khodijah, Dave dengan "Dunia Hutan Berbahaya", mengajak pembaca ke dunia hutan yang dipenuhi bahaya dan misteri, sedangkan Joyleen membawa kita ke sebuah dunia penuh keajaiban dalam karyanya "Dunia Ajaib". Imajinasi liar mereka seolah tak terbatas, dan acara bedah karya ini menjadi panggung untuk menunjukkan betapa luas dunia imajinasi mereka.
Rachel dengan "Bulpen Ajaib" juga menarik perhatian. Kisahnya tentang sebuah bulpen yang memiliki kekuatan untuk mengubah realitas benar-benar di luar dugaan. “Saya membayangkan bagaimana jika kita punya alat yang bisa membuat apapun yang kita tulis menjadi nyata,” ujar Rachel sambil tersenyum malu.
Menggali Trik Ketika Macet Saat Menulis |
Proses Kreatif di Balik Kebuntuan
Selain bedah karya, acara ini juga diisi dengan talkshow interaktif yang mengungkap bagaimana para penulis cilik ini mengatasi tantangan terbesar dalam menulis: kebuntuan ide. Acara ini dipandu langsung oleh Kak Yani. Beragam cara mereka lakukan untuk memecahkan masalah ini. Ada yang memilih membaca buku cerita.
Sementara itu, Jason dengan karyanya "Harry and Magic Clock" memilih cara yang berbeda. "Saya suka menonton film, dan dari situ saya sering dapat inspirasi," ungkapnya. Baginya, visualisasi dari film membantu menciptakan gambaran lebih jelas tentang dunia yang ingin ia tulis.
Metode lain yang tak kalah menarik datang dari Aisyah, penulis "Swoli dan Lia". Aisyah memilih untuk tidur ketika menghadapi writer's block. "Kadang kalau udah bingung, saya tidur dulu. Setelah bangun, biasanya ide baru muncul," kata Aisyah sambil tertawa.
Diskusi semakin menarik ketika S. Herianto, seorang penulis yang juga hadir sebagai pembina, memberikan pandangannya tentang bagaimana mengatasi kebuntuan ide. “Ide bisa datang dari mana saja. Yang penting, jangan takut untuk istirahat sejenak atau mencari inspirasi dari sumber lain, seperti berdiskusi dengan teman,” ujarnya.
Tak hanya S. Herianto, Bu Wulan juga memberikan ulasannya terhadap beberapa karya. Menurutnya, imajinasi anak-anak ini luar biasa, namun perlu diarahkan agar lebih terstruktur. “Imajinasi liar mereka kadang-kadang perlu diluruskan, tapi saya selalu kagum dengan bagaimana mereka bisa menciptakan cerita yang begitu menakjubkan,” kata Bu Wulan.
Judul-Judul yang Menggugah
Dari banyak karya yang dibedah, beberapa judul benar-benar mencuri perhatian. Richie dengan "Kerajaan Semut" menceritakan tentang koloni semut yang membentuk sebuah kerajaan rahasia di bawah tanah. Cerita ini penuh dengan intrik dan misteri. Adel membawa pembaca ke petualangan menembus dimensi di "Pintu Dunia", sementara Rara menciptakan tokoh yang tak terlupakan dalam "Ratu Zhella", sosok ratu kuat yang memerintah sebuah dunia fantasi penuh konflik.
Tidak hanya cerita-cerita serius, ada juga karya yang mengandung humor seperti "Kuda Nil Naga Ungu" karya Kenny Kundoko Woe. Cerita ini menampilkan makhluk hibrida lucu yang memadukan kuda nil dan naga, menghadirkan tawa di tengah kisah penuh warna.
Bedah Karya dan Ilustrasi |
S. Herianto juga menunjukkan final cover buku cerita fantasi karya Penulis Cilik Sumenep. Berikut final cover buku kumpulan cerita fantasi karya PCS dengan judul Magic Portal.
Sampul Buku |
Pesan Moral dan Inspirasi
Acara ini tidak hanya menampilkan karya-karya kreatif, tapi juga menjadi ajang belajar bagi para penulis cilik ini. Dengan adanya ulasan dari para pembina seperti Kak Yani, Bu Renzi, Bu Wulan, dan Kak S. Herianto, para penulis cilik belajar bagaimana menyempurnakan tulisan mereka. Tidak hanya soal gaya menulis, tapi juga bagaimana menanamkan pesan moral yang kuat dalam cerita mereka.
Sebagai penutup, Kak Yani menegaskan pentingnya mengembangkan bakat menulis sejak dini. “Anak-anak ini memiliki potensi besar. Karya-karya mereka bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman sebayanya, bahkan orang dewasa. Yang paling penting adalah mereka belajar bahwa menulis bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan dan ide-ide besar,” katanya.
Bedah karya ini menjadi bukti nyata bahwa imajinasi anak-anak tidak memiliki batas. Setiap karya yang dipresentasikan adalah jendela menuju dunia-dunia fantastis yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Dari cerita boneka yang hidup hingga kerajaan semut, para penulis cilik ini telah membuktikan bahwa kreativitas memang tidak mengenal usia.
0 Komentar